Culture Magazine

Now You See Me 2 (2016): Kenapa Bukan Now You Don’t?

By Paskalis Damar @sinekdoks
Now You See Me 2 (2016): Kenapa bukan Now You Don’t?

Review Now You See Me 2: Film Now You See Me pertama yang disutradarai Louis Leterrier seolah membuktikan bahwa ada sebuah dunia di mana pertunjukkan sulap penuh CGI bisa diamalgamkan dengan skema heist a la Ocean Eleven dan mikro-konspirasi yang penuh twist. Hasilnya? Sleeper-hit of the year. Perlu waktu 3 tahun bagi Lionsgate untuk menghadirkan kembali dunia itu - dunia aneh di mana para pesulap lebih nge-hype dibandingkan boyband idola remaja masa kini - dalam sekuel yang lebih besar dan gelap, Now You See Me 2.

Ingat sebelumnya, Now You See Me bukanlah film yang mana sulap dijadikan 'pizza-nya'. Tidak seperti The Prestige maupun The Illusionist meskipun trik-trik sulap yang rumit tetap jadi sajian. Sulap hanya dijadikan topping untuk pizza utamanya yaitu skema heist alias pencurian a la Robin Hood, yang nyatanya dijadikan hidangan utama sekuelnya.

Bersetting satu tahun pasca film pertamanya, Now You See Me 2 mengembalikan kuartet utamanya, The Four Horsemen, yang kini beranggotakan Daniel Atlas (Jesse Eisenberg), Merritt McKinney (Woody Harrelson), Jake Wilder yang 'bangkit dari kubur' (Dave Franco), serta pendatang baru, Lula May (Lizzy Caplan) yang menggantikan posisi Henley yang cabut (karena Isla Fisher juga cabut dari produksi). Atas arahan Dylan Rhodes (Mark Ruffallo) yang mewakili organisasi rahasia The Eye, para Horsemen melakukan comeback besar-besar dengan mengungkap kebusukan sebuah perusahaan teknologi besar. Namun, ketika hari besar itu tiba, aksi mereka diinterupsi oleh Walter Mabry (Daniel Radcliffe), seorang jenius muda yang punya agenda rahasia untuk para Horsemen.

Sejatinya Now You See Me2 sudah memenuhi standar sekuel Hollywood: going double size. Semua to-do list sudah dicentang: set-piece yang lebih besar, ensemble of cast yang lebih berkelas (mengumpulkan kembali pemain lama ditambah dengan nama besar seperti Radcliffe, Jay Chou dan... kembaran Woody Harrelson (?)), durasi yang lebih panjang, serta cakupan geografis settingnya yang lebih luas (untuk menggapai pasar-pasar tertentu, tentunya) - dari Amerika ke Inggris sampai Makau. Segala macam bumbu popcorn dari film pertama digandakan untuk menghasilkan film yang lebih eksplosif... namun kurang padat.

Jika ingat, Now You See Me pertama nampak sangat lugu ketika mencoba bersenang-senang dengan kompleksitas semunya serta tumpukan twist-nya yang muncul entah dari mana... dan itu bukan masalah besar. Apparently, Now You See Me 2 berusaha mengolah formula yang sama dengan men-twist sisa-sisa film pertamanya. Namun, usahanya kurang terasa karena satu hal: kurangnya kreativitas.

Bahkan judulnya saja sudah menjelaskan kurangnya imajinasi kreatornya. Mengapa cuma menambah angka '2'di judulnya? Padahal kalau mau bisa saja memakai judul 'Now You Don't' yang terkesan lebih trivial dan lebih kreatif.

Hal yang sama berlaku dengan skripnya - yang alih-alih mencoba menelusuri berbagai kemungkinan, skrip Ed Solomon dan Peter Chiarelli cuma mengulangi formula sukses film pertamanya dengan taruhan yang sedikit lebih besar saja.

Beruntungnya, Now You See Me 2 masih mampu menjaga kadar over-the-top-nya film pertamanya yang justru super fun. Mengganti Louis Leterrier yang penyutradaraannya lebih kilat, dinamis dan fokus pada heist-nya dengan Jon M. Chu awalnya mengundang pertanyaan. Namun, M. Chu terbukti adalah seorang koreografer yang stylish - dengan portofolio mencakup dua sekuel Step Up dan Never Say Never. Koreografi trik sulapnya yang tak masuk akal terlihat lebih slick dan elegan dalam arahannya, menjadikannya poin plus.

M.Chu juga beruntung memiliki sederet bintang yang berkomitmen, kombinasi veteran dan para bintang muda yang menjanjikan. Woody Harrelson memerankan 2 karakter; Eisenberg menampilkan karakterisasi tipikalnya, maupun Radcliffe memerankan villain yang sloppy tak jadi masalah besar. Cabutnya Isla Fisher dikompensasikan dengan penampilan meledak-ledak Lizzy Caplan; namun hadirnya Jay Chou ternyata tak banyak membuat perbedaan.

Namun, sebesar apapun komitmen para cast-nya dan sebertalenta apapun sutradaranya tak mampu menyelamatkan sekuel ini dari skrip lemahnya. Dengan peningkatan skala di berbagai lini, kecuali kreativitas, Now You See Me 2 tampil seru dan garang; hanya saja ia tak mampu mencapai potensi maksimalnya karena terlalu berusaha sok asik dan sok pintar. Ingat, hanya 'sok.'

Now You See Me 2 (2016): Kenapa bukan Now You Don’t?

Review Now You See Me 2 ini ditulis oleh Paskalis Damar. Read the review in English.


Back to Featured Articles on Logo Paperblog