Review The Wailing: Sebuah kota kecil di Korea dihantui wabah mengerikan yang tak hanya mematikan bagi korbannya, namun juga menjadikannya homicidal. Seorang polisi lokal, Sersan Jong-gu (Kwak Do-won), yang plin-plan dan inept, ditugaskan untuk menginvestigasi kasus pembunuhan yang dilakukan korban wabah tersebut.
Saat pembunuhan dengan motif serupa kembali terjadi, kecurigaan mengarah kepada seorang pendatang dari Jepang (Jun Kunimura). Dan ketika putri Jong-gu allegedly terjangkit wabah yang sama, ia tak bisa tinggal diam. Tanpa sepengetahuannya, bahaya yang lebih besar tengah mengintai kota itu.
Horror hibrida karya auteur Na Hong-jin ( The Yellow Sea dan The Chaser) ini tak segan-segan menampilkan 150 menit penuh tanda tanya sekaligus perasaan tidak nyaman luar biasa. The Wailing tak seperti film horror manapun yang pernah ada. Bagian awal filmnya diarahkan seolah ini film mystery/investigasi dengan lokasi yang terpencil (mengingatkan akan slum di Memories of Murder); di lain sisi, film ini juga terlihat seperti film tentang outbreak suatu wabah misterius. Sebelum akhirnya, pendekatan ala The Exorcist dimasukkan ke dalamnya.
Na Hong-jin banyak memasukkan pengaruh klenik Korea dan imajeri-imajeri Gereja Katholik ke dalam ceritanya yang sukses mengaburkan 'arah yang sebenarnya' dari film ini. Setting-nya yang terpencil dan kumuh pun berhasil mengkarantina penonton. Dan ia tak peduli akan jump scare; Na hanya ingin membuat penonton merasa tidak nyaman dan geregetan.
Na berhasil menghadirkan atmosfer yang mencekam yang ia padu dengan protagonisnya yang tak bisa diandalkan. Dan seperti masterpiece Korea lain, The Wailing pun dibalut dengan black comedy yang makin menambah getirnya situasi dalam film. Semuanya berujung pada adegan exorcism yang sangat mental.
Ketika akhirnya mengungkapkan diri sebagai film horror exorcism, The Wailing menampilkan adegan possession-nya dengan gaya natural, namun tak kalah. Puncaknya adalah adegan exorcism-nya yang berpotensi jadi cult. Menampilkan shaman yang sangat hiperaktif dan ritual yang cukup disturbing, diiringi alunan music tradisional yang amat bising, dipadukan dengan gambar siksa fisik yang diterima putri Jong-gu karena efek exorcism ini, yang berjukstaposisi dengan ritual tandingan di sudut lain; adegan ini sangat disturbing tapi sangat powerful. Namun, yang lebih ironis adalah respon Jong-gu terhadap ritual ini yang sukses merefleksikan inti film ini.
Main course sudah dihidangkan, namun Na seolah belum puas kalau tidak menutupnya dengan dessert yang fantastis - yang tak terlupakan bahkan setelah jamuan selesai. Setelah sekitar 100 menit diombang-ambingkan dengan investigasi berujung exorcism, Na belum selesai. Dengan plot twist yang 'mind-blowing', ia mengubah arah film ini secara drastic. Belum selesai di situ, ia menolak untuk membuat akhir yang biasa saja. Dan itulah fungsi 40 menit terakhir film ini, menjadi encore yang menyiksa.
Tanpa mengesampingkan 100 menit awalnya, tapi third act The Wailing adalah sup yang bisa membuatmu mengulang kembali jamuan ini atau bahkan menyesal telah menikmati jamuan ini. Na Hong-jin sukses mengacak-acak emosi dan membuat penonton frustasi selama 100 menit awal dan membuat makin gila di 40 menit sisanya. Sudah lama film horror tak se-disturbing ini.
Di satu sisi, The Wailing mengingatkan saya akan yang meruntuhkan iman itu. I mean, trapped by the devil is the worst thing, but doubting God's help is even worse.
The Wailing / 곡성 (2016)
a.k.a. Goksung
Horror, Mystery, Thriller Written & Directed by: