Me Before You (2016): Sinetron a La Daenerys Tearjerkeryen

By Paskalis Damar @sinekdoks

Review Me Before You: Diadaptasi dari novel Jojo Moyes yang ia transliterasikan sendiri ke dalam bentuk naskah yang digarap sutradara Thea Sharrock, nyatanya drama sicklit yang satu ini tak banyak menghadirkan thrill, baik yang romantis maupun sentimentil. Yang muncul selain klise yang dangkal, hanyalah rentetan kenorakan serta eksploitasi subject matter-nya yang ofensif.

Sederhananya, Me Before You berkisah tentang seorang gadis muda yang baru saja kena PHK, Louisa Clark (Emilia Clarke alias Daenerys Stormborn Targaryen dalam Game of Thrones) yang mendapat tawaran pekerjaan untuk merawat seorang kaya raya namun mengalami quadriplegia, Will Traynor (Sam Claflin). Selanjutnya, silakan tebak sendiri kelanjutan cerita yang bagaikan diadaptasi langsung dari pola FTV lokal ini. Bland.

Bukan berarti skeptis, tapi sedari awal, jalan cerita Me Before You yang cenderung mengekploitasi disease-porn cukup "menggangu." Alih-alih menghadirkan kisah yang simpatik, Jojo Moyes justru memberi kesan bahwa penderita quadriplegia seperti beban bagi orang lain. Ditambah lagi dengan eksplorasi akan subject ini yang terasa garing dan norak, seolah-olah penderitanya adalah pariah atau sejenisnya; semua hal dalam film ini memuncak di akhir film yang alih-alih menyentuh perasaan, malah membuat perasaan jengkel dan sentimental.

Berakhir bahagia atau berakhir menyedihkan itu tidak penting, karena sesungguhnya, jalinan emosi yang harusnya menjadi kunci utama kisah seperti ini sama sekali tak tersampaikan. Kedua aktor utamanya bermain cukup aman menghasilkan chemistry yang kuat namun artifisial. Rasanya bukan seperti menonton dua orang yang saling peduli sama lain; namun, seperti menonton dua aktor memerankan "dua orang yang saling peduli sama lain" dengan baik. Root to both of them is probably my best chance to survive this.

Percaya saja Thea Sharrock punya visi ketika ia menghadirkan shot-shot yang elegan dan close-up yang meyakinkan untuk memaksimalkan 'gas air mata' film ini. Namun, ketika ia menerjemahkan istilah 'quirky' menjadi seperti Lousia Clark on-screen, semua itu tak berarti lagi.

Sebagai drama tearjerking yang dangkal, Me Before You ahlinya. Namun, eksplorasinya terhadap subject matter yang agak berlebihan dan ofensif mungkin akan terasa mengganggu kalau tak terselamatkan oleh Claflin dan Clarke.

Me Before You (2016)

Review ini dipersembahkan oleh Book My Show Indonesia.